1.13.2012

Apa yg Tak Bisa Kuceritakan

Pernah mati?

Aku sudah.

2 kali.


Aniway, mati bukan melulu berarti tak bernapas dan berdenyut nadi karena kerja otak terhenti. Bagiku mati bisa terjadi dalam banyak hal. Saat aku kehilangan satu yg sangat berarti salah satunya. Aku sudah 2 kali. Proses mati itu lama, setidaknya mati yang kualami. Aku harus hidup lagi tentu saja, untuk melengkapi indikator hidup yang memang masih lengkap berada padaku. Aku bernafas, mampu bergerak (walau kadang tak mau), jantungku berdetak (walau sangat tak menentu), dan butuh makan (walau berkali-kali tak mau).

Pernah dengar istilah mati psikologis?

Hal yang sangat mungkin dialami oleh manusia waras, atau yang pernah waras setidaknya. Mati psikologis masih bisa bangkit tentu saja, lalu berangsur hidup kembali.

Pernah sakit jiwa?

Aku pernah.

Berkali-kali.

Tentu saja sakit jiwa itu banyak macamnya dalam ilmu psikologis. Dan aku pun pernah mengalami beberapa diantaranya. Beberapa yg membuatku merasa mati psikologis.

Pernah takut dilupakan ?


Aku selalu. Itu ketakutan terbesarku. Mengerikan sekali menjadi tak berarti, tak berarti akan mudah dilupakan.


Tau puntung rokok?

Yang biasa dihisap habis, dihempaskan, ditekan ke tanah, tak puas bisa diinjak. Aku merasa dilupakan tak lebih menyakitkan dari itu. Seperti puntung rokok.


Pernah jatuh cinta kan? Ingin memiliki?

Aku pernah. Aku pernah 2 kali mencintai dengan sangat menggebu-gebu, menggilai bahkan kecanduan, dan sangat takut dilupakan atau bahkan ditinggal pergi. Aku ingin menyimpannya hanya untuk aku. Aku saja, tak mau berbagi. Ini semua karena aku gagal mencintai dengan sederhana.


Pernah dilukai?

Aku sering.

Berkali-kali.

Bisa jadi karena aku gampang terluka. Atau mungkin aku yg terlalu suka mencari-cari penyakit. Entahlah. Yang jelas rasa sakit sangat tak nyaman. Kita semua tau.



Pernah kehilangan kepercayaan pada seseorang?

Aku pernah. Dua kali. Dan keduanya menyakitiku.


Pernah menjadi posesif?

Aku pernah, 2 kali. Sebenarnya aku hanya ingin sekali. Tapi pola pencetus yang sama terulang lagi, bawah sadarku memerintahkan merespon dengan cara yang sama, walau aku tak mau, tapi ini terjadi. Aku menjadi mengerikan untuk pasanganku. Aku tak memberi mereka ruang untuk bernafas mungkin saja.


Pernah ingin mengulang peristiwa dari awal lagi dan memperbaiki keadaan?


Aku sedang.

aku ingin kembali ke masa awal dimana aku belajar menaruh kepercayaan, aku ingin memisahkan antara kepercayaan dan harapan, jika kepercayaan tak lagi bisa kuhidupkan, setidaknya harapan tak ikut menambai kekecewaan.

Jadi aku akan menjadi agak susah dikecewakan.


Itu saja.


Polanya sama. Mengakhiri disaat hal genting baru dimulai. Mengecewakan sekali mengetahui pola yg sama datang kembali. Bisakah ini diperbaiki jika memang belum terlambat kita menemukan ujungnya?






Di sudut berbeda
130112
* 12tepat.