Perempuan ke 2 hari ini. Hari
yang luar biasa, juga dengkul yang luar biasa. Kuinjak pedal gas dan segera
beranjak dari tempat ini. Interior yang bagus, minimalis, tapi selalu mampu
membangun atmosfir yang pas. Wanginya,…
***
Sial!
Duitku habis!
Credit card
pun makin mendekati limit. Bisa mampus bayar tagihan bulan depan! Moreno juga
pasti tak punya terlalu banyak sisa gaji untuk dihambur-hamburkan padaku. Ah!
Laki-laki itu! Penuh cinta, tapi kantongnya kering minta ampun! Tentu saja aku
tak rela beranjak dari ladang yang rajin dihujaninya cinta dan disiangi kasih.
Tapi life style macam ini pun menyiksaku. Dia sangat mampu memenuhi kebutuhan
batinku, kosong di materi duniawiku. Bahkan kata orang rajin makan cinta pun
tetap membuat tubuhmu kering kurang gizi. Aku menginginkan 2 pasang sepatu itu,
sebuah minidress yang membalut ketat manekin di depan sana dan lagi, aku butuh
biaya untuk perawatan mobilku. Bulan masih berjalan setengah, dan napas
finansialku sudah tersengal-sengal. Aku butuh Oase di padang tandus ini.
“I saw you” blackberry message
from Reo. Aku celingukan, ada sesuatu yang membuncah, ada harapan yang harus
aku kejar dengan benar, Oase!
“So, let me know, where are you,
Sugar” masih celingukan, ujung kanan ke kiri, kusisir semua area terdekat.
Nihil. Damn!
“Walla!” sepasang tangan kekar
mencengkeram hangat kedua belah pundakku, bahkan aku merasakan hembusan
nafasnya di sepersekian bagian tengkuk terbukaku. Well, let’s make it fast!
“Reo!! Hey, its been long time no
see. I miss you, and wohooo, Great! Bahkan aku bakal tergila- gila padamu walaupun
aku tau kamu seorang player! ” Damn! Harus kah? Harus! Demi hasrat hedonism ini. Gila!
“Haha, let’s see, apa yang dicari
nona cantik ini disini”
“Nope! Hanya window shopping,
tanggal berapa menurut lo?! Gw karyawati, bukan pengusaha macem lo.”
“Nine west? Ah! Nice one!” Kena! Aku
rasa dia mengamatiku sedari tadi, mari kita lanjutkan permainan ini, mari
dipercepat!
Well, 2 pasang stiletto, sebuah
minidress dan kita sedang dalam perjalanan menuju apartemenku, dengan mobilku
tentu saja, modus belum goal semua.
“Sorry yah panas, AC lagi
trouble, anyway, thanks untuk surprise gift-nya yah. Selalu loyal seperti
biasa.”
“Ini mobil bukannya deket-deket
apartemen kamu ada dealernya? Kenapa ga dibawa kesana? ”
“Ah! Mahal bung! Tunggu aja mpe
akhir bulan, tunggu pasokan rutin bulanan. Hahaha.”
“No no no. Let me bring it after
a cup of coffee at noon.” Dengan kata lain, Reo menjeratku dengan modus Sex at
Lunch-nya. Ah! Laki-laki!
***
Kita sudah 3 hari semakin intim.
Bahkan dia semakin intens menghubungiku lewat media telekomunikasi macam
apapun, socmed tak luput dari hujan perhatian. Risih? Yang benar saja! Sudah
lama juga aku tak diganggu sensasi antara terbebani dan berbunga-bunga ini. Klien
kantor, seorang pengusaha muda. Entahlah, biasanya aku cenderung lebih selektif
dan membentengi diri dari stranger, tapi kali ini entah kenapa ini menjadi
menarik.
“View yang bagus juga. Lumayan
buat tontonan sambil minum secangkir kopi malam-malam begini.” Lantai 17 suatu
gedung apartemen di bilangan pusat Kota yang lumayan terkenal hiruk-pikuk
lalulintasnya, justru itu yang membuat unik, hiruk-pikuk yang tersulap sebagai
langit terbalik dengan kerlip merah, putih dan kuning.
“Yang kita minum malam ini Wine,
darling.” Di sodorkannya gelas kecil ramping berisi wine padaku, tangan yang
lain merai pinggulku. Sepertinya aku tau kemana akhir dari perjamuan malam ini.
Di antara langit tengah kota yang
gelap dan lengang, kemerlip lampu-lampu di bawah sana, wine mahal ini dan
parfum yang entah apa merk-nya, aku dan Reo tenggelam dalam malam.
“Pagi nanti aku akan mengantarmu
pulang..” dibisikkan persis ditelingaku sambil membimbing sepasang tanganku
untuk masuk ke meja perjamuan malamnya.
***
“Moreno, selesaikan laporanmu
malam ini juga, besok saya akan memakainya untuk bahan meeting. Dan,…saya mau
kamu menjadi asisten saya selamat meeting.”
Damn! Lagi.
Aku harus melewatkan seharian
dengan pekerjaan. Siang tadi aku gagal menemani Walla makan siang, dan malam
ini pun aku harus absen dari kunjungan ke rumahnya. Pekerjaan ini menyita waktu
pribadiku.
Tadinya aku ingin memberi sebuah
kejutan untuk Walla-ku. Aku tau ia sudah lama mengincar stiletto dengan brand harga
selangit itu. Dan malam ini harusnya aku mendapatkannya dan memberikannya
sebagai kejutan.
Ah! Bahkan ekspresi girangnya
sudah tergambar jelas dalam benakku. Dan kenyataannya aku harus menunda untuk
melihat ekspresi girangnya malam ini. Mungkin besok.
Terkadang aku kecewa pada diriku
sendiri karena keterbatasanku dalam memenuhi keinginan dan life style-nya,
Walla-ku memang seorang putri yang menjelma dalam wujud manusianya, lagi-lagi
seorang putri tetap membutuhkan segala hal yang terbaik. Dan aku ingin Walla
mendapatkannya, karena itu aku berupaya untuknya.
“Besok malam Walla, sayang…” aku
berbisik pada foto berbingkai yang bertengger manis diudut meja kerjaku.
***
Aku berusaha sekeras ini untuk
mendapatkan sesuatu yang bisa membuatku mendapatkan segala yang aku inginkan.
Aku tak peduli waktu. Aku tak mau tau tubuhku. Aku ingin peningkatan dan
peningkatan. Uang. Yang banyak.
“Pak Reo, tender kita menang lagi
Pak!”
“Oke. Kamu urus, saya mau pergi
makan siang.”
Hari keberuntunganku. Pagi tadi
aku terbangun dalam pelukan seorang perempuan unik, salah seorang konsultan
usahaku. Setelah pesta wine, kita menikmati malam seperti semestinya. Dan masih
ada jamuan pagi setelahnya. Awal hari yang hebat. Siang ini aku mendengar kabar
tentang menang tender. Pemasukan baru yang melimpah. Aku harus bersenang-senang
merayakannya.
“Walla!” kucengkeram 2 belah bahu
telanjang itu. Menggoda sekali. Akhirnya kuberanikan diri untuk menyapa
perempuan cantik angkuh ini setelah kuamati barang-barang yang diincarnya sejak
sejam lalu. Menaklukkan perempuan macam ini, butuh lebih banyak uang.
Benar saja, kita sedang dalam
perjalanan menuju apartemennya. Aku tau Walla tipikal perempuan pintar yang tau
caranya berterimakasih, dan dia cukup pintar juga membaca maksud kunjunganku
siang ini. Mari kita lakukan apa yang semestinya.
Mobil keluaran baru ini memang
jauh standarnya dari koleksi mobilku, tapi untuk seorang karyawati perusahaan
skala nasional, yang seperti ini sudah melebihi level. Ucapan terimakasihku
atas jamuan special dari Walla, Sex at Lunch, kubereskan urusan kecil mobilnya.
Perempuan ke 2 hari ini. Hari
yang luar biasa, juga dengkul yang luar biasa. Kuinjak pedal gas dan segera
beranjak dari tempat ini. Interior yang bagus, minimalis, tapi selalu mampu
membangun atmosfir yang pas. Wanginya,…
191112 at 00.47
bilik lain dari semestinya
Semacam Rantai, Mengait satu sama lain