11.21.2012

Lagi Serius Soal Kerja


Suka bingung gue sama perusahaan-perusahaan alay yang suka ngasi nama-nama posisi atau jabatan yang gak jelas dan undefineable. Menurut gue, perusahaan-perusahaan mace mini, adalah tipikal perusahaan-perusahaan yang PHP. Kasih lah nama AMBASADOR…Beuh!! Keren! Bayangannya udah macem mascot perusahaan. Siapa yang ga mau meeen?!

But guess what?

Kerjaannya jauh dari sekedar mascot yang cukup bediri mentereng dan di elu-elukan.
Ini semacem tipuan untuk menjerat man source apa ya?

11.20.2012

QWARTET


Perempuan ke 2 hari ini. Hari yang luar biasa, juga dengkul yang luar biasa. Kuinjak pedal gas dan segera beranjak dari tempat ini. Interior yang bagus, minimalis, tapi selalu mampu membangun atmosfir yang pas. Wanginya,…

***

Sial! 

Duitku habis! 

Credit card pun makin mendekati limit. Bisa mampus bayar tagihan bulan depan! Moreno juga pasti tak punya terlalu banyak sisa gaji untuk dihambur-hamburkan padaku. Ah! Laki-laki itu! Penuh cinta, tapi kantongnya kering minta ampun! Tentu saja aku tak rela beranjak dari ladang yang rajin dihujaninya cinta dan disiangi kasih. Tapi life style macam ini pun menyiksaku. Dia sangat mampu memenuhi kebutuhan batinku, kosong di materi duniawiku. Bahkan kata orang rajin makan cinta pun tetap membuat tubuhmu kering kurang gizi. Aku menginginkan 2 pasang sepatu itu, sebuah minidress yang membalut ketat manekin di depan sana dan lagi, aku butuh biaya untuk perawatan mobilku. Bulan masih berjalan setengah, dan napas finansialku sudah tersengal-sengal. Aku butuh Oase di padang tandus ini.

“I saw you” blackberry message from Reo. Aku celingukan, ada sesuatu yang membuncah, ada harapan yang harus aku kejar dengan benar, Oase!

“So, let me know, where are you, Sugar” masih celingukan, ujung kanan ke kiri, kusisir semua area terdekat. Nihil. Damn!

“Walla!” sepasang tangan kekar mencengkeram hangat kedua belah pundakku, bahkan aku merasakan hembusan nafasnya di sepersekian bagian tengkuk terbukaku. Well, let’s make it fast!

“Reo!! Hey, its been long time no see. I miss you, and wohooo, Great! Bahkan aku bakal tergila- gila padamu walaupun aku tau kamu seorang player! ” Damn! Harus kah? Harus! Demi hasrat hedonism ini. Gila!

“Haha, let’s see, apa yang dicari nona cantik ini disini”

“Nope! Hanya window shopping, tanggal berapa menurut lo?! Gw karyawati, bukan pengusaha macem lo.”

“Nine west? Ah! Nice one!” Kena! Aku rasa dia mengamatiku sedari tadi, mari kita lanjutkan permainan ini, mari dipercepat!

Well, 2 pasang stiletto, sebuah minidress dan kita sedang dalam perjalanan menuju apartemenku, dengan mobilku tentu saja, modus belum goal semua.

“Sorry yah panas, AC lagi trouble, anyway, thanks untuk surprise gift-nya yah. Selalu loyal seperti biasa.”

“Ini mobil bukannya deket-deket apartemen kamu ada dealernya? Kenapa ga dibawa kesana? ”

“Ah! Mahal bung! Tunggu aja mpe akhir bulan, tunggu pasokan rutin bulanan. Hahaha.”

“No no no. Let me bring it after a cup of coffee at noon.” Dengan kata lain, Reo menjeratku dengan modus Sex at Lunch-nya. Ah! Laki-laki!

***

Kita sudah 3 hari semakin intim. Bahkan dia semakin intens menghubungiku lewat media telekomunikasi macam apapun, socmed tak luput dari hujan perhatian. Risih? Yang benar saja! Sudah lama juga aku tak diganggu sensasi antara terbebani dan berbunga-bunga ini. Klien kantor, seorang pengusaha muda. Entahlah, biasanya aku cenderung lebih selektif dan membentengi diri dari stranger, tapi kali ini entah kenapa ini menjadi menarik.

“View yang bagus juga. Lumayan buat tontonan sambil minum secangkir kopi malam-malam begini.” Lantai 17 suatu gedung apartemen di bilangan pusat Kota yang lumayan terkenal hiruk-pikuk lalulintasnya, justru itu yang membuat unik, hiruk-pikuk yang tersulap sebagai langit terbalik dengan kerlip merah, putih dan kuning.
“Yang kita minum malam ini Wine, darling.” Di sodorkannya gelas kecil ramping berisi wine padaku, tangan yang lain merai pinggulku. Sepertinya aku tau kemana akhir dari perjamuan malam ini.

Di antara langit tengah kota yang gelap dan lengang, kemerlip lampu-lampu di bawah sana, wine mahal ini dan parfum yang entah apa merk-nya, aku dan Reo tenggelam dalam malam.

“Pagi nanti aku akan mengantarmu pulang..” dibisikkan persis ditelingaku sambil membimbing sepasang tanganku untuk masuk ke meja perjamuan malamnya.

***
“Moreno, selesaikan laporanmu malam ini juga, besok saya akan memakainya untuk bahan meeting. Dan,…saya mau kamu menjadi asisten saya selamat meeting.”

Damn! Lagi.

Aku harus melewatkan seharian dengan pekerjaan. Siang tadi aku gagal menemani Walla makan siang, dan malam ini pun aku harus absen dari kunjungan ke rumahnya. Pekerjaan ini menyita waktu pribadiku.

Tadinya aku ingin memberi sebuah kejutan untuk Walla-ku. Aku tau ia sudah lama mengincar stiletto dengan brand harga selangit itu. Dan malam ini harusnya aku mendapatkannya dan memberikannya sebagai kejutan.

Ah! Bahkan ekspresi girangnya sudah tergambar jelas dalam benakku. Dan kenyataannya aku harus menunda untuk melihat ekspresi girangnya malam ini. Mungkin besok.

Terkadang aku kecewa pada diriku sendiri karena keterbatasanku dalam memenuhi keinginan dan life style-nya, Walla-ku memang seorang putri yang menjelma dalam wujud manusianya, lagi-lagi seorang putri tetap membutuhkan segala hal yang terbaik. Dan aku ingin Walla mendapatkannya, karena itu aku berupaya untuknya.

“Besok malam Walla, sayang…” aku berbisik pada foto berbingkai yang bertengger manis diudut meja kerjaku.

***
Aku berusaha sekeras ini untuk mendapatkan sesuatu yang bisa membuatku mendapatkan segala yang aku inginkan. Aku tak peduli waktu. Aku tak mau tau tubuhku. Aku ingin peningkatan dan peningkatan. Uang. Yang banyak.

“Pak Reo, tender kita menang lagi Pak!”

“Oke. Kamu urus, saya mau pergi makan siang.”

Hari keberuntunganku. Pagi tadi aku terbangun dalam pelukan seorang perempuan unik, salah seorang konsultan usahaku. Setelah pesta wine, kita menikmati malam seperti semestinya. Dan masih ada jamuan pagi setelahnya. Awal hari yang hebat. Siang ini aku mendengar kabar tentang menang tender. Pemasukan baru yang melimpah. Aku harus bersenang-senang merayakannya.

“Walla!” kucengkeram 2 belah bahu telanjang itu. Menggoda sekali. Akhirnya kuberanikan diri untuk menyapa perempuan cantik angkuh ini setelah kuamati barang-barang yang diincarnya sejak sejam lalu. Menaklukkan perempuan macam ini, butuh lebih banyak uang.

Benar saja, kita sedang dalam perjalanan menuju apartemennya. Aku tau Walla tipikal perempuan pintar yang tau caranya berterimakasih, dan dia cukup pintar juga membaca maksud kunjunganku siang ini. Mari kita lakukan apa yang semestinya.

Mobil keluaran baru ini memang jauh standarnya dari koleksi mobilku, tapi untuk seorang karyawati perusahaan skala nasional, yang seperti ini sudah melebihi level. Ucapan terimakasihku atas jamuan special dari Walla, Sex at Lunch, kubereskan urusan kecil mobilnya.

Perempuan ke 2 hari ini. Hari yang luar biasa, juga dengkul yang luar biasa. Kuinjak pedal gas dan segera beranjak dari tempat ini. Interior yang bagus, minimalis, tapi selalu mampu membangun atmosfir yang pas. Wanginya,…






191112 at 00.47
bilik lain dari semestinya
Semacam Rantai, Mengait satu sama lain