1.20.2013

Tuhan Kami Mendengar Kalian (maka jangan mengutuk)

Demi Tuhan aku tak bisa membunuh rasa yang tumbuh bersama kebersamaan kita..

Bahkan aku membawa nama Tuhan diantara cinta kita yang tumbuh dalam kubu yang berbeda..

Demi Tuhan aku pun tak bisa merasa kembali suci dan diberkati jika aku membunuh sesuatu yang tumbuh dalam diriku bersamamu…

Katakan, …

Salahkah kita yang terpisah secara iman kemudian dipertemukan oleh keiindahan yang dianugerahkan Tuhan setelahnya?

Haruskah kita membunuh rasa dalam diri masing-masing dan mengutuk anugerah Tuhan setelahnya?

Aku mencintai kamu…

Aku mencintai kamu utuh bersama segala perbedaan mendasar yang ada diantara kita…

Dan kemudian ada banyak jemari dan ribuan kalimat nyinyir yang megiris-iris keyakinan cintaku yang kutujukan dengan sebaik-baiknya padamu…

Aku mengutuk mereka-mereka yang menyebut dirinya mentasbihkan cinta semata pada Tuhan dan kaum seiman yang kemudia memaksaku mengaborsi rasa-rasa cinta yang tumbuh semakin membesar dan menua, dewasa bersama waktu denganmu…

Aku meminta Tuhan memberitahu mereka mengenai betapa aku ketakutan dan kebingungan membesarkan dua rasa cinta yang berbeda…untuk Tuhan dan untukmu…

Aku ingin Tuhan memberikan mereka sedikit pengertian dan pemahama yang sedikit memperluas ruang berpikir mereka yang dikuatkan oleh hati…

Aku tak salah,…pun cintaku padamu…





200113/07.43pm
"Aku berbisik pada Tuhan kita supaya mereka yang kurang bijak mengerti"

Bisakah Kita Bicara?


Bagaimana kita nanti?
Akan kah kamu memintaku untuk menjadi istrimu?
Atau akankah aku marah-marah menuntutmu untuk memintaku?
Aih,…itu mengerikan..Pilihan kedua, bisakah tak usah terjadi?
Tapi mintalah aku…
Maukah kamu?

Bagaimana kita nanti?
Akankah kita menikah dan hidup bahagia bersama?
Atau kita akan terberai menjadi inti yang berbeda sebagaimana awal dulu?
Menjadi aku yang hanya aku, dan kamu yang hanya kamu…Kita hilang.
Astaga,… aku tak berani membayangkannya, walau benar memamngt aku tak bisa menampik begitu saja kemungkinan kedua.
Bisakah itu tak perlu terjadi sayang?
Tapi berjanjilah kita akan baik – baik saja da akan terus bersama…menikah mungkin…

Apakah aku terlihat se-desperate itu?
Mungkin saja aku lupa dengan statement andalanku, “Im not desperate woman anyway, so I dont wanna make someone marry me ASAP”
Iya…iya…Aku cukup tegar untuk menerima kenyataan satu per satu teman-temanku melepaskan status lajangnya dan menggantinya dengan “Nyonya blab la bla”
Iyaaa…pun aku cukup kuat untuk menepis ingin-ingin yang mengarah pada living together…
Tapi sayang,…sungguh setengah mati aku ingin tak lagi memiliki kecemasan yang selalu muncul saat aku tak bersama kamu… karena itu aku jadi sebegitu inginnya untuk selalu bersama-sama kamu..
Setidaknya aku tau kamu nanti akan pulang, tinggal semalam, besok bekerja, lalu pulang dan bersamaku lagi…
Aku ingin itu..
L
Aku tak mau menangis merengek-rengek padamu seperti bocah yang meminta permen yang begitu membuat ketagihan pada mamanya,…
Tapi aku mungkin saja akan melakukannya…karena aku ketagihan kamu…

Kamu tau,..
Aku sering berandai bagaimana kita nanti…
Sialnya perandaianku selalu soal manis-manis…
Aku lupa hidup adalah dikotomi, aka nada sisi berlawanan yang menjadi hukum peluang berlaku diantaranya..
Aku tak mau membayangkan yang tidak-tidak tentang kita
L
Bisakah mereka tak menghampiri kita sayang?
Atau bolehkan kita akan tetap bersama dan baik-baik saja walau mereka datang dan mampir satu-persatu nanti?
Bolehkah sayang?
L
Karena sungguh aku tak akan mampu membuatnya menjadi “iya” kalau kau tak mengangguk menjawab segalanya tadi …
Aku hanya sangat mencintai kamu…Aku hanya tak tau bagaimana caranya mengontrol segala yang tertuju paadamu…
Aku hanya terlalu mencintai kamu…



                                                                                                                                                    200113/07.27pm
                                                                                                                                                                                                                                                                                       Menanti antara iya dan tidakmu