2.21.2013

Killing my sensibility

Baru saja aku melihat rekan kerjaku yang baru saja lulu dari perusahaan. kalimat yang dikoar-koarkannya sangat membahagiakan, tapi sekali lagi, melalui sensibilitasku, aku menangkap getaran aneh dalam suaranya, aku melihat gesture dan bahasa tubuh yang sumbang, yang bagiku adalah makna bahwa hatinya sedang terluka.

Aku membenci hal ini, aku membenci anugerahNya yang diberikan padaku melalui kesensitifan membaca gerak. Terkadang aku ingin menjadi manusia dengan kemampuan pengamatan yang wajar. Karena mampu membaca, adalah sebuah media penyedot aura negatif bagiku.

Sama seperti bagaimana aku bisa menangkap apa yang sedang diantara kita belakangan ini, entahlah..sensibilitasku yang emang gadungan, ataukah aku yang mengacaukannya dengan kepicikanku akan kenyataan yang afa dibaliknya?

Aku menjadi tak memahami apa arti dari caramu menatapku belakangan. Aku jadi tak mamp mwngartikan segala gerak dan gerikmu belakangan.

Apakah sudah saatku utuk menyerah?

Apakah ini arti dari segala upayaku adalah sia-sia?

Karena sejujurnya, aku tak ingin mengemis padamu, karena sesungguhnya aku mengupayakan sgal pengorbanan untuk memperbaiki hubungan kita, mengembalikan segalanya menjadi baik-baik saja.

2.13.2013

Tuhan,...

Tuhan, aku pun ingin bahagia.
Aku ingin menemukan kebahagiaan yang kau berkahi dan kau kehendaki turun padaku.
Tuhan, aku tak ingin menyerah, tapi Tuhan, bertahan berdiri di tengah badai seperti ini sungguh melukaiku.
Tuhan, berikan aku pelukan yang menguatkan,
berikan aku sebuah pelukan paling tulus yang memang tercipta untukku..
Aku sedang merasa sakit diterjang luka bertubi, dihajar penyesalan tanpa henti
Tapi aku tak lelah, Tuhan...
Aku tak lelah memperjuangkan ini..
Tuhan, beritahu aku dengan jelas hingga aku mampu menerimanya tanpa beban lagi..
Ulurkan tanganMu..

2.03.2013

Hurt

Aku sedang lelah..

Aku menangis tergoncang-goncang sejenak,
memberi waktu untuk diriku mampu menerima kenyataan yang sedang tak seirama dengan angan

Memberi waktu kepada hati unyuk lebih lapang dengan menumpahkan segala luka dan kekecewaan dalam waktu beberapa menit

Membiarkan segalareaksi emosi meluap lewat cengkeraman erat pada guling yang kugunakan membekap mulutku

Aku sedang berkeras menahan jerit dalam pekik teryahan dikerongkongan..

Kamu sedang bermonolog dalam persepsi kebenaranmu..

Aku tau kamu pun sedang terbakar di dalam sana, dan aku tau kau mungkin tak menyadari betapa hatiku tertikam berkali-kali oleh narasimu..

Maka aku bergegas untuk waras dari letupan emosiku,
dari ledakan kekecewaan yang belum selesai kubujuk untuk sembuh

"pergilah"

Kamu hanya menatapku, aku tak tau perais bagaimana maksud tatapmu

Sekujur tubuhku dingin saat itu

Aku sedang mencekik segala rasa saat itu...maka jadi hampa

Kamu pergi... ya, pergi berlalu begitu saja
tanpa peduli ada yang membutuhkan sekedar usapan diujung kepalanya, atau pelukan kilat untuk sekedar meyakinkan segalanya akan baik-baik saja

Aku tak bisa mengingat apa saja isi monologmu tadi, sayang..
Maaf, aku sedang berusaha keras menumpahkan segalanya tadi, maaf

Kamu tau apa yang kurasakan sekarang?

Sepi..

dan tenang..

Maka sayang..
ini konsekwensi dari upayaku membunuh rasa yang tertuju padamu

Aku tak tau sayang, ada apa sebenarnya..

Aku tak mengingat apa saja yang kau katakan tadi...
tapi aku ingat persis setiap sakit yang muncul saat kamu bicara..

Ini wajar,..
karena saat itu aku masih teramat mencintaimu..





                                                                   0302¹3 ; 19.42
                                                                   Kamu ingat apa yang terjadi