9.01.2013

Cangkir Lain

Cangkir baru. Baru kutemukan diantara kumpulan cangkir yang kutau. Aku memecahkan cangkir favorit terakhirku. Cangkir yang hampir selalu kugunakan untuk menikmati kopi selama 2 tahun terakhir. Yang kujatuhkan hingga retak dan bopeng di beberapa sisi, yang masih terus kupakai untuk menyajikan kesenanganku sendiri, yang berkali-kali pula melukai bibirku dengan bopengan-bopengan di permukaan minumnya. Ya, memang ada kalanya kita harus merelakan beberapa hal yang kita sukai untuk berhenti membahagiakan kita lagi. Saat aku harus merelakan cangkirku digantikan cangkir lain yang lebih layak lagi. Tentu saja aku menyayangi bibirku ini, aku juga tak ingin merusak aroma kopi yang kusesap bercampur dengan anyir darah yang mengalir dari bibirku.
Awalnya memang aneh. Tentu saja, hal-hal baru membuatmu harus beradaptasi dengan segala yang tersaji bersamanya. But, yeah I know, it fix me.
010913 / 4:05pm
I found him near me, after I let you go with all us stuffs.
Aku menikmati Toraja Kalosi pertamaku di dalamnya. Volume yang berbeda dari yang biasa, suspense pun berbeda, yang kuminum tetap bernama Toraja Kalosi, tapi kadar pekatnya tak sepekat yang terakhir kuingat dalam cangkir lamaku yang sudah tak ada. Ah, ini hanya masalah waktu, lambat-laun aku yakin cangkir ini mengajariku bagaimana meracik Toraja Kalosiku sendiri. Tapi aku bersyukur, Toraja Kalosi pertamaku di dalam sini masih beraroma tanah yang khas, cangkir ini pun tetap menyajikan kopiku walau belum senada dengan apa yang pas bagiku.
Esoknya aku mengaduk Sidikalangku di dalamnya, aromanya sama dengan biasanya, semoga takaranku kali ini pas, semoga cangkir ini mampu mengajariku untuk bekerja sama menyajikan kopi yang menyenangkan. Aku memandangi Sidikalang di dalam cangkir baruku, tak yakin akan apa yang ditawarkannya pada setiap sesap di lidahku nanti. Aku tak yakin rasanya akan sama dengan yang biasa kunikmati. Tentu saja aku tak mungkin memanggil cangkir lamaku kembali, aku sendiri yang membuangnya. Aku tak tau diamana keberadaannya kini. Ini cangkir baruku, aku yang memilihnya sendiri. Aku akan meminumnya kini. Hmm, not bad.
Aku merindukan long black irish, ini kopi paling favorit. Masih ragu pada apa yang bisa kukerjakan dengan cangkir baruku. Aku tak yakin bisa bekerja sama dengannya membuat Irish ku dengan aroma wishky yang membuatku termanjakan. Sudah kutuangkan long black, tinggal beberapa takar syrup irish, “ Dear the new one, I beg you, give me some irish effect.”