Tuhan apa yang terjadi?
Kau mengembalikan makna hidup pada genggamku
namun mengambil nyata darinya.
Tapi Tuhan, … Jika ini adalah hukuman atas
bagaimana aku begitu takabur mengingkari nikmatMu, maka kumohon sebuah kekuatan
dan kebesaran hati untuk menerimanya.
***
Aku berdiri di
depan cermin setinggi satu seperempat kali tinggiku. Ada yang berbeda. Entahlah
aku tak yakin, tapi aku merasa sorot tatapku tak lagi sama. Aku merasa wajah
ini begitu suram.
Kurang tidur?
Bisa jadi. Mengingat
pola hidupku yang semacam nyaris terbalik dari kebanyakan manusia normal dalam
kurva mestinya. Aku jatuh terlelap dalam tidur-tidur ayam menjelang subuh dan
seringnya terbangun dengan kondisi terkaget di beberapa jam kemudian. Kalau aku
tak salah mengingat dan menghitung, tiga atau empat jam bukanlah waktu cukup
yang ideal untuk ditiduri.
Aku rasa banyak
orang religious yang selalu benar akan kalimat Ketuhanan mereka.
“Tuhan mendengar segala doa, dan memenuhinya.”
Tuhan
mendengarkan doa ku, aku ingin kurus. Dan dia memberiku kesempatan memenuhinya
lewat insomnia dan siklus muntah-muntah di tengah malam.
Well.. Normal was boring, I know, but God, I
missed to be it.
Badanku
mengurus. Aku tak memercainya sampai aku sendiri bosan mendengar testimoni
sekitar yang mengataiku ini-itu soal penyusutan drastis bobot tubuhku, yang
bagi mereka terlihat begitu signifikan pada bentuk tubuhku. Sampai suatu malam
aku menyadarinya dengan mataku sendiri, kaki-kakiku mengurus, dan lengan atasku
menyusut diameternya.
Aku terlihat
menyedihkan. Lucunya ini terjadi ketika aku memutuskan untuk bahagia.
Lalu aku mulai
meragukan diriku sendiri. Aku tak yakin ini sekedar gangguan tidur dan pola
makan. Aku mencurigai diriku sedang menyakiti dirinya lagi. Oh kumohon jangan
lagi, jangan di saat aku ingin kembali menyayangi diri ini.
Sejujurnya
belakangan aku merasa begitu sering “melayang”. Entahlah, ini terasa begitu
ringan. Bisa jadi karena aku kehilangan beberapa kilo dari bobot semulaku. Atau
bisa jadi karena aku dilanda shock kepala setelah menguras habis isi perutku.
Sejujurnya aku mulai merasa takut.
“Tuhan, bolehkah aku minta baik-baik saja?
Aku ingin kembali pada makna normal seutuhnya. ”
080713/04:06
God, Save Me
Tidak ada komentar:
Posting Komentar