Ini tidak mudah.
Sungguh. Aku tak mengada-ada soal ini tidak mudah. Aku bersungguh-sungguh soal
aku tidak ingin membenci siapapun. Aku masih di dalam pertempuranku sendiri,
melawan suara-suara di kepalaku. Aku masih berjibaku sendiri, memenangkan pertarungan
dalam labirin yang menjebakku berulang kali ke masa lalu. Aku tak akan mengemis
lagi. Aku tak mau meminta – minta lagi, aku tak akan melukai diriku sendiri
dengan bergantung pada siapa-siapa lagi. Aku akan memenanginya sendiri.
Pun aku tak ingin
menjatuhkan air mataku lagi. Sungguh.
Aku tak ingin
menangis apapun yang sudah begitu lama terjadi. Aku tak ingin menangisi apapun
yang sudah begitu jauh terlewat dariku. Aku juga tak mau menangisi apapun yang
membebani aku saat ini. Segala sakitku, segala sesak yang menghimpit di dalam
sini, aku menerima mereka sebagai teman selama berproses. Aku tak akan mengutuk
dan mengusir mereka pergi, aku ingin bersahabat dengan segala sakit, dengan
semua sesak, karena aku ingin mereka bukan lagi menjadi masalah bagiku di saat
prosesku selesai nanti.
Aku pernah
bahagia.
Terakhir kuingat
adalah saat pertama kamu membisikkan sesuatu di telingaku sebelum pergi, “have
a safe sleep”. Aku menemukan seseorang yang menyayangiku segenap hatinya malam
itu, dan yang membahagiakan adalah aku pun memiliki getaran yang sama
dengannya, kami saling mencintai, saat itu, malam itu.
Aku pernah
sangat bersedih. Terakhir kuingat adalaha ketika aku dibuang untuk kedua
kalinya. Satu hal dari sekian banyak hal yang ingin kuucapkan saat itu adalah
berteriak padanya, “Aku bukan sampah! Aku pun bisa bernafas, makan bahkan
terluka sepertimu! Aku bernyawa dan aku pun begitu ingin bahagia!” Sakit dari
segala sakit. Sore itu.
Aku sedang
berada jauh dari lingkaran diriku. Aku mengasing. Aku hanya ingin berdua dengan
sendiri. Aku hanya ingin mengobati diriku sendiri dengan egois yang sekian lama
kulupakan untuk melindungi diri. Aku memasang bentengku lapis demi lapis lagi.
Apa yang terjadi
ini?
Aku semacam
robot yang ditiupi jiwa yang lupa bagaimana mestinya menghidupi kehidupnya
sendiri. Aku mengejar segalaanya. Aku menenggelamkan diri pada apapun. Aku
membawa serta sendiri dan sepi. Aku hanya ingin begini untuk beberapa waktu.
“Kalau aku mati
kamu sedih?”
“Kalalu aku
hilang kamu cari?”
“Kalau aku pergi
kamu bingung?”
“Kalau aku gak
lagi bisa bahagiakan kamu, kamu tetep disini?”
Dan kini
jawabanmu dalam kepalaku hanya “tidak”.
Aku ingin
berhenti mengasihani diri sebagai korban. Aku hanya ingin mengasihi diriku
sendiri. Menyelamatkan diriku sendiri dari apapun yang tidak menjadi jalanku.
Dari kamu, dari dia dari siapapun yang aku mungkin saja taak bisa menolaknya
lantaran aku tak ingin menyakiti apapun lagi.
Aku lupa. Aku
lupa mengeluarkan diriku sendiri dari lingkaran pengorbananku. Aku lupa menyelamatkan
tubuh dari meja perjamuan yang tak semestinya. Aku tak bisa menyelamatkan
diriku dari keterlibaatan rasa sepihak dan apapun yang semakin menyakiti aku
lagi dan lagi.
Hanya saat ini,
di mulai pada detik ini,
“Bisakah aku
memilih hidupku? Aku pun ingin egois menjaga diriku sendiri…”
25
minutes left .
081013.
23:35
S.O.S
Tidak ada komentar:
Posting Komentar