9.19.2012

25 di 27 lalu ... kau tinggalkan luka, bingkisan pertama darimu

Hariku beberapa menit lagi akan berlalu…

Kamu belum datang.
Aku berharap ada dering di telepon genggamku, yang membawa kabar tentang kamu.

Tapi kamu tak ada.
Tidak kabarmu, atau wujud kasatmu.
Aku tak tau kamu dimana dan seperti apa kabarmu.
Yang jelas, aku menantimu seharian.
Berharap kamu datang dan membawa kecerahan.

Ini hariku.
Harusnya kamu tidak melupakannya.
Harusnya kamu tahu sebagaimana pentingnya hari ini untuk aku jadikan bahagia.

Hariku tinggal 24 menit lagi.
Dan aku masih belum tau kamu dimana dan seperti apa keadaanmu.

Yang jelas aku kacau.

Aku membujuk diri seharian.

Aku menipu diri untuk kuat dan tetap bertahan memenangkan ego kita masing-masing hingga menjelang malam.

Hingga hariku tersisa 2 jam kebelakang.

Dan kamu tetap tak datang.
Tidak dalam kabar juga dalam kasatmu.
Aku merengek pada ruang, memanggil-manggil bahkan menjeritkan namamu dalam hatiku, berharap getarnya sampai padamu.

Tapi kamu tak ada.

Tetap kamu tak datang.
Waktu berjalan, hari sebentar lagi berganti.

Apa yang kamu lakukan seharian?
Kamu menghabiskan hariku.
Membiarkan hariku tanpa didatangi kamu.
Itu kejam.
Kamu menjahati hariku.
Kamu menjahatinya dengan tidak muncul dan membiarkanku melewati hariku sendirian.

Apa maumu?

Aku melemah, 2 jam sebelum ini berakhir.

Aku mengalah.
Aku mencarimu.
Mencari entah kabar atau rupa.
Aku ingin ada kamu di hariku.
Sekian puluh menit kulewatkan untuk mengais kabarmu, satu jam untuk memintamu pada Tuhanku.

Dan sisanya, kugunakan untuk memberitahumu dalam pesan..


Kamu perlu merasakan bagaimana teralu mencintai dan takut kehilangan.
Kamu perlu merasakan bagaimana menakutkan dan menyakitkan saat menanti seperti ini.
Aku sangat menginginkanmu lebih dari apapun hari ini.


Dan saat ini hariku tinggal 15 menit lagi.
Aku berharap ini hanya rencana nakalmu.
Sebelum 5 menit terakhir kamu akan muncul setelah mengetuk pintu itu.
Muncul dengan senyuman, itu saja, itu saja yang aku inginkan.
Aku tak ingin kamu membawa apapun atau memakai apapun, aku hanya ingin kamu di depanku, tersenyum dan masih mencintai aku dengan segenap hatimu.


Tapi semakin habis hariku.
Dan aku semakin ragu.
Aku semakin ragu permohonanku untuk kebahagiaan hari ini akan hilang.
Tak akan pernah ada.
Sekali lagi kamu membuatku mempertanyakan keberadaan diriku sendiri bagimu.
Bermakna’kah?
Apa yang membuatmu tak datang?
Yakinkah akan ada hari seperti ini di depan nanti untukku?
Yakinkah kita bisa melewatinya bersama?
Apa yang membuatmu berkeras membiarkan aku sendiri menghabiskan hari ini?

Kuberi tau satu hal…
Airmata yang sering kutumpahkan ini, jatuh karena dirimu adalah sosok yang berarti.

Airmata tak jatuh tanpa alasan.
Airmata tak mengalir hanya karna hal wajar.

Apakah kamu mencintaiku?
Tanyakan dan temukan dalam dirimu, dengan hatimu.


Apakah kamu mencintai aku?
Karena bagiku, mencintai bukanlah menyianyiakan apa yang masih pasanganmu miliki.

Karena bagiku,
mencintai bukanlah bersikap keras menyakiti.

Apakah aku masih pasanganmu?
Aku sedih kamu tak datang.


5 menit.
Dan ini menit terakhir.
Kamu tak datang.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar