1.15.2011

S.E.L.I.N.G.K.U.H

Saat makan pagi ini kamu juga bersamaku. Selalu sehangat ini, selalu semanis ini kesan yang kamu berikan padaku di setiap awal kubuka mata. Lalu kamu akan mengecup keningku, tersenyum dan meletakkan sarapan pagi di mejaku. Kamu akan tetap di situ, duduk manis menatapku, tersenyum dan tak sekalipun menyentuh makananmu, bagimu aku adalah pemandangan terindah yang tak adil jika kau lewatkan, kau ucapkan itu setiap kali aku menyatakan ketidak sediaanku saat kau memandangiku dengan senyum semakin mengembang setiap pagi. Kau adalah seorang istri yang sangat mencintaiku. Dan aku adalah suamimu, yang sah memanimu setelah kuucapkan ijab Kabul Minggu pagi 7 bulan yang lalu. Tak hanya kau mencintaiku, aku juga mencintaimu. Hanya satu yang kurang, aku tak bisa memenuhi keinginanmu untuk memiliki seorang bidadari kecil pelengkap kebahagiaan kita. 

“Nanti” aku selalu berkata begitu saat malam-malam kau menangis dalam tidurmu, terjaga dari mimpi manismu bersama malaikat kecilmu. Dan kau akan memintaku untuk memelukmu erat-erat setelah itu, sampai kau lelap dalam tidurmu.
 
Kita bertemu dua tahun lalu. Kau masih seorang perempuan manja dulu, yang tak bisa lepas dari godaan mall dan kenyamanan starbuck di setiap harimu. Perempuan yang tak akan tahan berpanas-panas di halte bus atau metromini. Perempuan yang akan pingsan dan stress jika dibebani banyak tanggung jawab. Perempuan yang akan merengek-rengek sepanjang hari pada kekasihnya saat menginginkan sesuatu. Lalu aku datang padamu dengan segala kesederhanaanku.
 
“Kamu duniaku” katamu setelah sekian lama mengenalku, dan setelah sekian lama aku membuatmu nyaman dengan atmosfirku. Memodifikasimu dengan sesuatu yang orang sebut kekuatan cinta, segala sesuatu yang bagiku itu hanyalah sekedar kebetulan dan keberuntungan. Lalu kita saling dekat, dan semakin tak tersekat. Malam dimana aku membuatmu menangis setelah kita bersama-sama memadu kasih, malam dimana kamu menyumpahku untuk segera menikahimu. Semuanya terjadi tepat pada waktunya, seakan aku tak mengupayakan satu halpun untuk terjadi dan terukir begitu manis bersamamu. Aku mendapatkanmu begitu saja.
 
“Nikahilah dia,…dia perempuan yang baik untukmu, dan kami tak perlu lagi meragukan kebahagiaanmu setelah ini, Ndi… Menikahlah, ibu dan ayahmu ini pasti akan senang menerima keluarga barumu.”  Berjalan sangat lancar. Aku mencurigai sekongkol alam semesta akan cerita kita. Lalu aku dan kamu menikah. Aku dengan keluargaku yang serba pas-pasan dan kamu dengan keluarga high-class mu.
 
Kamu bahagia bersamaku, bagimu menikah dan hidup bersamaku adalah pilihan paling tepat dalam hidupmu. Dan aku semakin meringis menahan perih yang mengiris dadaku. Aku menipumu dengan cintaku. Aku menipumu dengan kesetiaan semu yang kuciptakan seakan hanya untukmu. Aku tak berdaya dikontrol bisikan egoku untuk memenuhi insting-demi insting yang melintas dalam inginku. Aku menyelingkuhi setiamu.
 
Ya, aku sangat mencintaimu. Aku tak bisa meninggalkanmu. Bahkan aku tak bisa merasakan hidup tanpamu, aku kehilangan nafasku sebagai sarat untuk menyecap warna rasa dunia bila mungkin aku tak lagi bersamamu, tapi aku juga tak bisa merasa utuh tanpa membagi hati dengan sosok-sosok sebelummu. Aku menjanjikan kamu yang terakhir untukku, seperti yang terucap saat aku memasangkan cincin kawin kita, tapi aku tak menjanjikanmu satu-satunya. Maaf. Aku tau aku tak akan pernah sanggup mengakui seberapa besar penyesalan akan ketakberdayaanku atas kendali diriku dan seberapa besar aku mencintaimu. Kau adalah tempat untukku pulang. Cukup itu yang bisa kukatakan mewakili segala rasa dan emosi yang terpaut padamu.
Aku selalu mampu membuat beberapa perempuan sepertimu tertarik padaku. Termasuk mereka, Donna, Risa, Ratih dan Lena. Dan yang paling berat kukatakan padamu adalah bahwa kamu bukan satu-satunya perempuan yang pernah berbagi ranjang denganku, yang kusimpan rapat tak kubeberkan pada siapapun. Mereka adalah yang pertama. Dan bagi mereka ini adalah kebahagiaan, kebahagiaan yang menurut mereka adalah suatu cara untuk membagi kasih sayang dengan seseorang yang mereka kasihi. Membagi segalanya, itu yang aku dan mereka lakukan.
 
Jangan bilang tak adil!!
 
Karena ketidak-adilan hanya bersarang padaku, seorang laki-laki 29 tahun yang memiliki segalanya dan sebuah penyakit meningitis. Hidupku bukan sinetron!!! Aku merasa dipermainkan nasib dan cerita hidup yang tak bisa kutulis sendiri dengan penaku! Orang tuaku yang hanya berlatar belakang pendidikan tak sampai SMA tak pernah tau penyakit apa yang menyerang anaknya. Keterbatasan kami membuat hidupku kacau, membuat segala rencanaku carut-marut dihajar permainan nasib. Mereka hanya tau penyakit demam dan pusing-pusing. Sampai aku tumbuh menjadi suatu kebanggan untuk mereka, sampai aku mengetahui penyakitku selama ini. Pahit!
 
Lalu muncul Donna, seorang gadis teman sekelas semasa kuliah. Seorang gadis yang hidup dalam serba kelebihan, pintar, cantik, kaya. Seorang gadis yang kurasa belum pernah mengecap getirnya hidup. Kemudian seorang Risa, teman sekantor yang selalu dekat denganku. Perhatian dan kelembutannya membuat aku terlena sesaat dan memutuskan untuk menciumnya petang itu di pantry, lalu kami melanjutkan perselingkuhan kami. Ratih adalah seorang mantan teman SMA yang dulu pernah menjalin kisah bersamaku, datang kembali untuk mencicipi getar-getar yang masih berdenyut dalam masing-masing dada kami. Dan Lena, sahabat setia istriku. Istriku adalah yang terakhir untukku, tempat aku pulang.
Kamu tak pernah tau, aku tidur dengan yang mana saat aku tak pulang ke rumah dan berada di sisimu. Kamu tak pernah ragu. Ini yang menyiksaku.
 
Dan semalam adalah malam kesekian kamu menangis dalam pelukku, memintaku memberikan seorang malaikat kecil yang harus kutanam benihnya dalam rahimmu. Juga malam kesekian diriku berdusta padamu, berdalih tak bisa melakukannya karena aku akan sibuk untuk 2 tahun kedepan. Dan benar dirimu memang perempuan baik dari segala perempuan, kamu mengiyakan, mencium keningku, memelukku dan mengatupkan kelopak matamu. Aku tau kamu kesepian saat aku tak ada. Dan setela ini, mungkin kamu akan lebih kesepian lagi.
 
 Pagi ini Ratih menungguku di apartemennya. Dan aku harus membersihkan bayangmu dari hatiku untuk beberapa jam ke depan, karena saat itu aku utuh milik seorang Ratih. Hanya sejenak, biarlah Ratih memilikiku untuk sejenak, kau tetap perempuan yang paling memonopoliku, karena kau istriku. Akan selalu seperti ini, hari bergilir untuk menemui satu-satu perempuan yang aku cintai, perempuan-perempuan yang selalu hangat menyambutku saat aku benar-benar membutuhkan pelampiasan segala inginku, segala hasratku.
Ini akan baik-baik saja, semua akan selalu baik-baik saja, karena setidaknya aku adalah pena untuk kisah hidup 5 perempuan ini, yang selalu senang membagi cinta bersamaku. Akan baik-baik saja mungkin untuk mereka, karena mereka tak pernah tau siapa aku, aku menciptakan dunia-dunia yang berbeda untuk kelimanya, dan aku ada di masing-masing itu.
                        ---

4th June 2009
Gita
“Mas,… sudah sebulan kamu pergi. Bahkan kamu tak memberiku seorang malaikat untuk menemaniku saat kamu pergi untuk selamanya. Aku kesepian… ”
                        ---
Ratih
“kami dimana, Ndi… kenapa pergi tak memberiku kabar selain secarik kertas untuk mengingatkanku akan pentingnya meneruskan hidupku… ini tak adil untukku, Ndi… aku kesepian.”
                        ---
Donna
“Sayang,… ranjang ini dingin tanpamu. Tidakkah ada yang jauh lebih bijak dari sepenggal pesan untuk meneruskan hidupku?”
                        ---
Risa
“Apapun itu,… Aku akan tetap mencintaimu, Ndi. Kembalilah suatu saat nanti. Kamu memilikiku. Kenapa kamu harus pergi dengan pesan yang serba tak kumengerti maknanya…”
                        ---
Lena
“Aku turut merasakan apa yang dirasa Gita, mas… Bukan hanya istrimu yang merindukan hangatmu,… Aku juga akan selalu merindukannya. Tenang mas, perselingkuhan ini akan hanya menjadi rahasia kita.”
                        ---


4th May 2009
“Seorang lelaki berinisial AN (27th) ditemukan tewas dalam sebuah kecelakaan mobil di jalan protokol”
                        ---
Aku meninggalkan sepenggal cerita yang belum selesai kutulis untuk lembaran kalian masing-masing. Maafkan aku…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar