2.27.2012

When Everything Become Imposible


I won't , I scared, but I'm in





Mendengar kata-kata pisah itu seperti terpeleset dari pinggiran tebing, takut, nggak mau tapi lagi ngambang antara pijakan teratas dan hempasan terbawah, tinggal nunggu sakitnya, atau paling parah ya matinya.

Rasanya seperti nggak percaya(ya jelas aja nggak percaya, kan tadinya terpeleset, bukannya terjun dengan sengaja), nggak percaya kalau sebentar lagi akan terhempas dan kesakitan, sakit yang nggak ada jaminan persisnya bakalan sesakit apa dan tersembuhkan atau tidak. Nggak percaya aja kalau yang kemarin-kemarin diyakini segalanya akan selalu baik-baik saja dan menyenangkan tiba-tiba terancam berakhir. Atau bisa jadi nggak pernah mempersiapakan jika tiba-tiba kita ada tanpa belahan jiwa kita (Belahan jiwa tentunya bisa siapa saja yang sedang kita ajak untuk berbagi cinta, kebahagiaan dan segalanya).

Well..
Sedikit banyaknya juga aku pernah merasakan yang macem itu, tinggal dilihat aja akhirnya..


The Past Make Me Better or Bitter


Siapa sih yang punya jaminan segalanya akan berjalan sesuai rencana? Kalopun begitu melulu, Tuhan gak perlu melengkapi kita dengan kepekaan, kesabaran dan kewaspadaan. Tinggal dilihat, apakah kita bisa menerima kegagalan dalam membuat suatu kebahagiaan untuk aku dan dia, kamu dan dia atau siapa dengan siapa. Yang jelas jika aku harus kehilangan dan berpisah dengan kamu, maka aku kehilangan satu atau bisa jadi beberapa peluang untuk membuat kebahagiaanku sendiri, karena bagiku, peluang bahagia adalah saat aku merasa nyaman bersama dengan seseorang, dan beruntungnya itu adalah kamu.

Mengapa bisa kubilang beruntung?
Karena aku bisa membuat kebahagiaan-kebahagiaan dengan berbagai takaran sejak aku mengenal kamu, dekat dengan kamu, dan menyatu dengan kamu. Walalupun itu hanya sebentar, walaupun itu tak ada jaminan akan berlaku selamanya, walaupun itu sudah berlalu.



Catatan Tentang Kamu
Hari di Awal Minggu, hampir tengah hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar