7.19.2013

Part

1 : Aku takut. Dan masih selalu takut sampai kalian bisa menjaminku tak apa-apa dan aman-aman saja disini bersama kalian di dalam kamu. Apa yang kamu lakukan barusan?! Kamu menakutiku lagi. Lihat ini! Aku menangis ketakutan lagi kini! Aku hanya mau aman. Jangan bawa-bawa aku setidaknya. Aku hanya ingin tenang.

2 : (ia marah. Sembunyi lagi diantara 2 lututnya. Tenggelam dalam guncang halus. Aku sangat tak ingin melihatnya pecah dalam guncangan yg lebih hebat. Tak mau lagi. Aku tak mau si kecil tadi ketakutan karena melihatnya menangis terguncang-guncang lagi)

3 : Pergi! Jangan dekati aku lagi! ( tentu saja matanya memerah kini. Napasnya memburu amarah. Dia marah, tak lain lagi, padaku satu-satunya)

5 : Aku sudah peringatkanmu. Kau berkeras. Alasan kemanusiaan, alasan memegang janji, segala alasan kau dewakan! Lihat apa yang kamu dapat! Penghianat tak perna belajar bagaimana caranya menjaga amanat! Masalah padamu! Kau terlalu mudah membuka lebar semua pintu-pintumu! Dengan kurang ajarnya dia masuk dalam segala penjuru kelemahanmu, kemurahanmu. Kau mau menyakiti kami lagi?! Kau mau menyiksa dan memecah belah kami lagi?! Membuat kami saling terasing dan membentengi wilayah kami sendiri-sendiri?


Self : Maafkan aku, aku tak bermaksud memberi jalan pada luka. Menyakiti kalian adalah jalan bunuh diri untukku. Maafkan aku, aku menyayangi kalian, menyayangi diriku dan ya, aku masih menyayanginya. Maafkan aku, aku tak ingin memberikan hati alasan ubtuk terjatuh dan terluka lagi. Tapi aku tau, kalian perlu tau, kita semua harus tau, bahwa tak satupun dari kita, bisa benar-benar menjaga hati dari sakit hati. Jangan marah, jangan hakimi aku, aku hanya mengikuti naluriku, mendengarkan apa kata hati. Mencoba memahami pesan ilahi. Aku membutuhkan kalian, aku menyayangi kalian, jangan begini. Aku pun tak ingin tersakiti lagi. Ya, aku tau, kita perlu lebih berhati-hati.



                                                                                                                           190713. At 01:09
                     Tutup pintu. Ketukanmu membuatmu sopan saat bertamu.
                                     Ini hati, bukan dunia fantasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar