Apa yang bisa kamu pertanggung jawabkan pada jiwamu?
Bisakah kamu menjamin untuk tak lagi membiarkan hati terluka dan batin tersiksa?
Apa sih yang bisa aku hindari dari sakit dan kehilangan?
Apa yang bisa kamu pertanggung jawabkan pada jiwamu
Bisakah kamu menjamin untuk tak lagi membiarkan hati terluka dan batin tersiksa?
Aku tidak bisa sebegitunya menjaga hatiku untuk kemudian tidak terluka lagi. Bahkan tanpa aku meminta, terkadang hati memiliki kehendaknya sendiri. Naluri berjalan sendiri terlepas dari urusan logis – tak logis.
Lalu apa yang lebih bijak dari membiarkan hati lepas dan bebas merasakan apapun semau-maunya? Jatuh cinta, kemudian dibumbung tinggikan asa-asa, dibuai-manja suka cita termasuk kecewa, terluka patah hati hingga kehilangan.
Tidak ada yang bisa ku control dari itu semua. Hati akan selalu menemuinya. Yang bisa aku upayakan dengan keras dan lebih keras lagi hanyalah berhenti terhanyut, tetap berdiri sebagai sentral, sebagai poros, bukan terombang-ambing rasa dan ikut larut bahkan terlalu larut di dalamnya.
Entahlah, hanya saja, bagiku sungguh kurang begitu bijak jika aku begitu mengatur hati, memanipulasi rasa dan mencekik segala rasa tanpa pilah-pilih. Kututup hatiku dar segala rasa dan bahaya. Bagiku ini sama saja dengan kutulikan pendengaran jiwaku, kubutakan mata hatiku dan kubekap suara hati. Seperti mencacati diri sendiri. Aku tak mau.
Dan sebagai gantinya, ada harga mati yang tak bisa kutawar dari sebuah pilihan, aku membuka hati untuk segala kemungkinan rasa yang datang dan hinggap, entah sementara atau bahkan menetap.
Bukankah datang dan pergi selalu terjadi? Bukankah pergantian dan perubahan adalah sesuatu yang hampir pasti?
Siap?
Entahlah.
Hanya saja semenjak saat itu, aku merasa setengah matirasa.Suka-luka-duka-cita hinggap dan melompat kesana kemari, aku hampir tak bisa menyimpan segala rasa yang mampir dengan baik dan semestinya.
Mungkin benar, aku pun saat ini masih berproses, entah menjadi apa dan bagaimana, menuju suatu perubahan tentu saja. Hanya saja aku belum mampu meramalkan akan lebih baik atau bagaimana, hanya saja aku begitu menginginkan aku semakin kuat dan dimampukan olehNya tentu saja.
Segala sesuatu terjadi untuk sebuah alasan.
Aku selalu yakin semua yang terjadi selalu memiliki tujuan.Persetan, ini urusan Tuhan, urusanku hanyalah menjalaninya sebaik-baiknya, sekuat dan mampuku, hanya saja aku takut Tuhan berhenti membelaiku hingga aku berjalan lagi pada jalan-jalan setapak yang membuatku begitu mudah menghilangkan nyawaku sendiri.
Jika perlu, aku akan membayangkan bahwa siapapun yang aku cintai adalah orang-orang dengan masa hidup yang pendek, supaya aku mampu menghargai kekinian, apa yang masih kumiliki bersamanya tiap detiknya. Supaya aku tak begitu cerobih menghambur-hamburkan waktu dan mengotori memori.Mengalah itu jelas. Cinta ahli melakukannya, hanya saja tak semua manusia mampu memahami cinta, bagaimana cinta,hakikatnya dan apa yang dimaui cinta. Tak semua manusia memedulikan cinta yang ada di dalam dirinya, yang tumbuh dan mengakar dalam jiwanya.
Andai saja ..
280713 , 23:48
Kalau saja..